Bismillahirrohmaanirrahiim, Selamat Datang Sahabatku...

Rabu, 27 Januari 2010

GAGAL NIKAH.....
“MAHAR SELANGIT”


Teman-temanku, sebagai sosok yang insya Allah nantinya akan menjadi orang tua, ataupun sebagai seorang anak yang begitu dekat dengan orang tuanya. Berikut ini adalah pandangan Islam tentang “mahar”. Perlu rasanya setiap orang tua memahami hal ini.
=============================================================
Terkadang ada orang yang pusing karena akan menikah. Pusingnya tentu bukan karena akan hidup bersama sang belahan jiwa. Penyakit yang cukup merepotkan itu muncul karena memikirkan biaya untuk mahar pernikahannya. Dana yang semula diperkirakan cukup, ternyata terkuras habis. Masalahnya ada perubahan keputusan dari sang “penguasa” si gadis, maharnya jadi selangit....

Menikah bukan jual beli
Di dalam kehidupan sehari hari ilustrasi tersebut di atas tidak jarang terjadi. Seakan-akan wali pengantin perempuan mendudukkan dirinya sebagai penjual, menghadapi pelamar sebagai calon pembeli. Sebagai penjual merasa berhak mendapatkan laba yang optimal. Untuk itu ia memasang tarif mahar yang terbilang tinggi.
Antara pernikahan dan jual beli memang ada kesaman. Dalam jual beli ada suatu materi yang diberikan kepada pemilik barang sehingga barang tersebut akan berpindah kepemilikan. Di dalam pernikahan pun ada pemberian mahar kepada pihak wanita sehingga wanita tersebut menjadi milik pengantin lelaki. Walau demikian, bukan berarti proses pernikahan adalah sama dengan jual beli.
Mahar berarti pengganti, merupakan lambang untuk mengungkapkan kejujuran cinta sang suami terhadap istri. Sebab itu, mahar disebut juga sebagai ashshadaq, yakni sesuatu yang diberikan kepada istri untuk memuliakannya.

Mahar, Bagian dari Islam
Islam mensyari’atkan agar suami memberkan shadaq atau mahar kepada istrinya. Hal ini sebagai penghormatan kepada istri dan untuk menyenangkan hatinya, untuk menghapus perbuatan dan tradisi jahiliyah yang menzhalimi wanita, menghinakan, dan merampas hartanya.
Allah menegaskan di dalam al-Qur’an surat an-Nisa ayat 4 “Berikanlah mas kawin (mahar) kepada wanita (yang kamu nikahi) sebagai pemberian dengan penuh kerelaan. Kemudian jika mereka menyerahkan kepada kamu sebagian dari mas kawin itu dengan senang hati. Maka makanlah (ambillah) pemberian itu (sebagai makanan) yang sedap lagi baik akibatnya”
Salah satu hikmah disyariatkannya mahar adalah untuk kemuliaan dan kehormatan waninta. Sebab itu jangan sampai kemudian ada yang menyalahartikan untuk memberatkan pihak pria. Tidak bisa diartikan bahwa semakin tinggi nilai mahar yang ditetapkan maka semakin tinggi kehormatan dan kemuliaan wanita.

Cobalah bersikap bijaksana
Menentukan mahar dalam pernikahan hendaknya tidak meninggalkan sikap bijaksana. Semua pihak hendaknya menyadari jangan sampai pernikahan yang bakal dilangsungkan diawali dengan sesuatu yang tidak baik, perselisihan dan percekcokan. Salah satu bentuk sikap bijaksana adalah hendaklah dalam menentukan mahar didasarkan atas musyawarah. Di samping itu pihak wanita semestinya memperhatikan keadaan calon pengantin laki-laki.

Untuk Semua
Pernikahan merupakan suatu proses yang melibatkan kepentingan bersama-sama, baik dari pihak perempuan maupun laki-laki.
Mempelai laki-laki, jika berhasil mempersunting seorang perempuan tentu akan mendapat banyak keuntungan. Dari sekedar teman hidup, hingga mendapat sosok yang mampu memberi semangat dan ketenangan
Seorang wanita yang menikah berarti berhasil mendapat suami. Yang dengannya ia akan mendapat perlindungan dan pengarahan serta bimbingan dalam mengarungi samudera kehidupan. Di samping itu mereka berdua bersama-sama akan mendapatkan keturunan, sosok yang menyenangkan dan menambah semangat hidup.
Orang tua masing-masing juga akan mendapat keuntungan. Rasa bahagia tentu akan bertambah, hidup pun terasa lebih hidup. Cucu akan menambah warna dan riangnya kehidupan keluarga besar. Munculnya generasi penerus akan membuat kehidupan di hari tua lebih berarti.
Nah, teman-teman... Ternyata sebuah pernikahan memang untuk semua, pihak laki-laki maupun pihak perempuan. Sebab itu, hendaklah masing-masing bisa bersama-sama mewujudkan sebuah pernikahan yang dibangun atas kerelaan.

Hadis seputar mahar
“Carilah (mahar) walau berupa cincin dari besi”
(Hadis al-Bukhari)

“Sesungguhnya pertanda baiknya wanita adalah gampang dilamar, ringan maharnya, dan subur rahimnya”
(Hadis Ahmad)

“Sebaik-baik mahar adalah yang paling ringan”
(lihat Mustadrak ’ala Shahihain)

Hadis lain
“Sesungguhnya agama (Islam) ini mudah”
(Hadis al-Bukhari)

“Permudahlah, jangan kalian buat sulit. Berilah kabar gembira, jangan buat mereka lari”
(Hadis al-Bukhari)

Senin, 28 Desember 2009

!

TUJUH KESUKARAN HIDUP
  • Tentang Rasa Bimbang
Berlindunglah kamu dari kebimbangan. Sikap jiwa tidak menentu bagaikan asap yang dipermainkan oleh angin. Hanya berdesah halus tetapi membuatmu berlenggak-lenggok menari-nari, semakin tipis wujudmu kemudian hilang tanpa dihitung orang.
Kebimbanganmu telah memenjarakan jiwamu yang bebas. Kemerdekaanmu telah kau injak, kau koyak, dan kau cabik sehingga memaksamu terpuruk bagaikan budak yang menari menurut musik orang lain. Bagaikan tetesan air di daun keladi. Berbilang waktu ia bergoyang tanpa memberi arti.
Kebimbangan menutupi mata batin karena kegelapan yang pengap tanpa sedikitpun menghirup cahaya, dan gemuruh kekuatan darimu lindap karena kebodohanmu memandang dunia dengan jiwamu yang lemah.
"Jika kebimbangan membelenggumu, tepis dan campakkan! Karena engkau buklanlah budak waktu yang tiada menentu. Ikat erat-erat tali keyakinanmu, gelorakan keberanianmu karena engkau adalah dirimu sendiri, mutiara berbinar yang terselubung sampah keraguan"
  • Tentang Dukacita
Berlindunglah kamu dari segala bentuk dukacita berkepanjangan. Meratapi dan menghabiskan waktu dalam ketermanguan tak berujung. Kesedihan adalah kain selimut yang menutupi keceriaanmu hingga membuatmu terlelapdalam khayal dan menjebakmu dalam dialog batin yang menambah batinmu semakin nyeri. Apabila duka cita memenjarakan dirimu, usirlah dia sambil memasuki pintu air mata yang ratapannya meneteskan duka melebihi kesedihanmu. Hibur dan besarkan hatinya, sehingga kesedihanmu hilang karena dukacita mereka yang kau pupuskan.
Apabila selendangmu telah kau basahkan dengan air dukacita yang mengucur dari kelopak mata orang ditimpa lara, masukilah gelora debu dunia yang menantangmu dengan gelak tawa. Kesedihan bukanlah dosa, tetapi hikmah yang akan membuatmu menjulang. Tetapi akan menjadi dosa, ketika engkau menebarkan benih-benihnya, memelihara, dan menbangga-banggakannya. Bila engkau menanam sedih, hanya dukacita dan kesengsaraan yang akan engkau tuai. Bila engkau tebarkan benih keceriaan penuh harap, niscaya kebahagiaan sedang menantikan jari-jemarimu untuk memetiknya.
  • Tentang Perasaan Terhina
Dirimu merasa terhina, karena dagumu berat untuk tengadah, jiwamu kerdil, nyalimu kecil. Penilaian atas dirimu sendiri itulah yang dihitung orang. Engkau terhina karena Engkau sendiri yang menghinakan dirimu.
Engkau adalah butiran pasir yang berserakan, dan berhamburan menjadi debu walau angin mengusapmu lembut. Apabila engkau batu cadas yang kokoh, sang angin lelah dan berbelok arah. sebab itu, berllindunglah kepada Illahi karena jiwa terhina dan menghinakan adalah ulat-ulat beracun yang merontokkan dedaunan.
  • Tentang Kemalasan
Tiada kemalasan kecuali bila engkau memanjakan dan membanggakan kebodohanmu sendiri. Berllindunglah kepada Ilahi dari prangkap kemalasan yan menjadi kelambu orang resah gelisah yang menebarkan berbagai ranjau maut di antara rerumputan. Kemalasan adalah pisayu yang kau tebarkan dan tumbuh mejadi pedang kelewang yang akan menebas tiang kemuliaan. Ketika engkau terlena dengan impian, merajut khayalan didekap rasa puas jiwa pecundang, ketahulah berapa banyak orang meneteskan keringat dan air matanya untuk meraih puncak-puncak hidup yang cemerlang. Ketika engkau menyembunyikan dirimu di balik bantal dan selimuat kemalasan, berapa banyak orang yang melemparkan segala rayuan kebodohan untuk menerima piala penghargaan.
Lantas, buah seperti apa yang anda harapkan dari benih kemalasan yang ada taburkan? Kecuali penyesalan, air mata, dan kesempatan gemilang yang terbuang!
  • Tentang Sikap Bakhil
Kebakhilan adalah pintu yang terkunci sehingga jiwamu semakin kuyu layu karena tak mampu menerima cahaya mentar. Kebakhilan adalah sikap kikir pelit yang membelit-belit urat kedermawanan dan menempatkan dirimu menjadi bintang yang tersembunyi di balik awan gemawan. Tidak menjadi panduan para khalifah. Tidak memesonakan jiwa para pujangga. Keberadaanmu di langit sia-sia dalam kesendirian.
Berlindunglah kepada Ilahi yang dermawan dari bujukan sang bakhil yang menyesatkan! kebakhilan adalah bentuk rendah diri dan keraguan menatap kebersamaan. Engkau akan terpelanting dari kumpulan saudaramu dan tidak memperoleh apapun, kecuali kesepian!
  • Tentang Jiwa Pengecut
Lihatlah tapak tapak perjalanan orang yang telah berlalu dari pandanganmu. tentang kisah hilangnya peradaban bangsa dan keindahan ukiran serta pemtungnya. Bangunan istana menjulang tinggal reruntuhan, dan kebesearan mereka lindap tinggal kenangan, karena jiwa yang pengecut. Jiawa pengecut adalah jiwa para budak setia yang kakinya dibelenggu dengan rantai yang terbuat dari benang halus yang rapuh. Tetapi, jiwa pengecut membuatnya lemah, benang pengikat yang membelenggu dianggapnya rantai baja yang kokoh.
Berlindunglah kepada Ilahi yang membebaskan manusia dari penjara jiwa pengecut. Bila kau ragu dan takut, maka lihatlah kelepak burung mengejar mentari yang meninggalkan anaknya di sangkar dan menjelang kelam hari ia kembali menghibur anak-anaknya dengan serpihan biji-bijian.
Ketahuilah! Orang-orang pengecut menggelepar di peraduannya karena takut mentari akan segera menampakkan dirinya di remang fajar. Mereka lebih senang menjadi pembual yang menceritakan impiannya kepada bocah-bocah ingusan. Sedang di luar peraduannya, anak-anak dewasa pemberani telah tumbuh perkasa yang siap untuk menyeret para pengecut dari balik kelambunya.
  • Tentang Hutang
Kesengsaraan yang paling nista adalah terbelitnya seseorang karena hutang. Harga dirinya digerogoti, dan ketika ia tak mampu membayarnya dia terusir dari singgasananya dengan hanya membawa rasa pedih.
Kesukaran hidup karena karena belitan hutang bagaikan penempuh yang menyibak semak belukar penuh duri, melintasi hutan dengan lelah dan meninggalkan bekas luka yang perih.
Berlindunglah kepada Ilahi dari hutang betapapun sedikitnya engkau awali. Karena dia akan melilitmu bagaikan ular sanca yang menekan perlahan tetapi mematikan. Belitan hutang memeras seluruh waktumu yang berharga dan engkau tak mampu menikmati harumnya bunga-bunga